Sudah dua hari ini Vino telihat murung.
Dia sering menyendiri dan tidak banyak bicara. Kalau disuruh makan atau
mengerjakan sesuatu, ia tak bersemangat. Seisi rumahnya bingung melihat
perubahan sikapnya. Tapi jika ditanya apakah dirinya sakit, Vino hanya
menggeleng. Sepertinya ada masalah yang dipendam Vino. Bunda pun mendekatinya
sambil berkata lembut. “ Ada apa denganmu, sayang? Kok akhir-akhir ini sikapmu
tampak lain? Kamu kelihatan sedih?”
Vino hanya terdiam. Dia malah mengalihkan
pandangannya
ke arah lain.
“ Apakah ada yang menyakiti hatimu?”
tambah Bunda.
Kali ini Vino menjawab dengan gelengan. Bunda jadi tambah bingung.
“ Kalau kamu hanya diam, nanti tidak ada
yang bisa membantumu memecahkan masalah yang kamu hadapi. Masalah itu akan
terus mengganggu pikiranmu dan membuatmu tertekan sendiri. Jadi, bicarakanlah
dengan Bunda, ya?”
Vino hanya
termenung sebentar. Tampaknya dia membenarkan apa kata Bundanya, sampai akhirnya
dia bicara juga.
“ Bun, apakah
kalau kita berbohong itu berdosa?” tanya Vino pelan.
“ Tentu saja
sayang. Berbohong atau berdusta itu adalah perbuatan yang tidak baik. Nanti
berdosa dan tentu Allah tidak suka,” tegas Bunda
“ Tapi bagaimana
kalau berbohong untuk kebaikan, Bun?” Vino bertanya kembali.
“ Maksudmu?” Bunda kembali bertanya.
“ Begini, Bun. Dua
hari yang lalu waktu Vino mengantar Akbar pulang kerumahnya, Vino dipaksa Akbar
untuk berbuat bohong kepada orang tuanya.
Soalnya Akbar bilang Ibunya akan marah besar dan memukulnya jika beliau tahu
Akbar pulang terlambat karena bermain. Vino disuruh pulang kalau kami tadi ada
les tambahan di sekolah. Padahal sebenarnya kami, sih, hanya bermain kerumah
teman. Tapi karena Vino kasihan pada Akbar, maka Vino menuruti apa yang diminta
Akbar...,” tutur Vino dengan wajah tertekuk.
Bunda diam termenung beberapa saat. Setelah itu
beliau mengangguk-angguk.
“ Bunda mengerti
dengan niatmu untuk membantu temanmu itu, sayang. Tapi menurut Bunda, kebohongan
semacam itu bukan hal yang baik. Kebohongan itu tidak akan memberikan kebaikan
pada Akbar ....,” ujar Bunda
“ Maksud Bunda?”
tanya Vino tak mengerti.
“ Begini Vino
...., apakah kamu tahu, Nak, apa yang membuat Ibu Akbar marah dan tega
memukul anaknya?
Mungkin karena kebiasaan Akbar yang suka berbohong. Akbar lalu
memanfaatkan Vino untuk menutupi kebiasaannya yang buruk itu. Sebenarnya orang
tua lebih suka kalau anak-anaknya berkata dan bersikap jujur. Karena kejujuran
adalah modal utama menjadi anak yang saleh. Bukankah Vino sudah mengerti kalau
Nabi Muhammad Saw merupakan contoh manusia yang sangat menjujung kejujuran
sehingga beliau dijuluki sebagai Al-Amin atau orang yang dapat dipercaya.
Apakah kamu menemukan akhlak tercela dari Nabi Muhammad Saw. besar junjungan
kita itu? Tidak, kan?”
“ Jadi apa yang
Vino lakukan itu tidak baik, ya, Bun?” Vino akhirnya mengerti.
“ Ya! Tentu saja.
Karena kamu berbohong hanya untuk melindungi kebiasaan buruk temanmu. Bunda yakin
kalau Akbar mau berkata jujur, orang tuanya pasti tidak akan marah. Setiap
orang tua menginginkan anaknya bersikap jujur untuk mengarahkan kepada
kebaikan. Tidak ada orang tua yang suka anaknya berkata bohong. Dan kamu
sebagai sahabatnya semestinya mengajak Akbar untuk berkata Jujur ...,” imbuh Bunda
“ Tapi Vino takut
kalau Akbar tidak mau berteman dengan Vino lagi, Bun?”
“ Anak yang suka
berbohong justru akan dijauhi oleh teman-temanya. Karena ia. Tidak bisa
dipercaya. Kalau Vino mengajak kebaikan pada Akbar dengan memintanya untuk
selalu berkata jujur, insya Allah
Akbar tidak akan memutuskan persahabatannya denganmu. Justru ia akan rugi kalau
kehilangan sahabat yang suka mengajaknya kepada kebaikan. Vino mengerti, kan?”
Vino tercenung
sebentar. Tapi kemudian dia mengangguk-angguk sambil menyunggingkan senyum
tanda mengerti. Bunda pun jadi ikut senang melihatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar