Jumat, 22 November 2013

4. Jujur


Sudah dua hari ini Vino telihat murung. Dia sering menyendiri dan tidak banyak bicara. Kalau disuruh makan atau mengerjakan sesuatu, ia tak bersemangat. Seisi rumahnya bingung melihat perubahan sikapnya. Tapi jika ditanya apakah dirinya sakit, Vino hanya menggeleng. Sepertinya ada masalah yang dipendam Vino. Bunda pun mendekatinya sambil berkata lembut. “ Ada apa denganmu, sayang? Kok akhir-akhir ini sikapmu tampak lain? Kamu kelihatan sedih?”

Vino hanya terdiam. Dia malah mengalihkan pandangannya
ke arah lain.
“ Apakah ada yang menyakiti hatimu?” tambah Bunda.

Kali ini Vino menjawab dengan gelengan. Bunda jadi tambah bingung.
           
“ Kalau kamu hanya diam, nanti tidak ada yang bisa membantumu memecahkan masalah yang kamu hadapi. Masalah itu akan terus mengganggu pikiranmu dan membuatmu tertekan sendiri. Jadi, bicarakanlah dengan Bunda, ya?”
           
            Vino hanya termenung sebentar. Tampaknya dia membenarkan apa kata Bundanya, sampai akhirnya dia bicara juga.
            “ Bun, apakah kalau kita berbohong itu berdosa?” tanya Vino pelan.
            “ Tentu saja sayang. Berbohong atau berdusta itu adalah perbuatan yang tidak baik. Nanti berdosa dan tentu Allah tidak suka,” tegas Bunda
            “ Tapi bagaimana kalau berbohong untuk kebaikan, Bun?” Vino bertanya kembali.
            “ Maksudmu?” Bunda kembali bertanya.
            “ Begini, Bun. Dua hari yang lalu waktu Vino mengantar Akbar pulang kerumahnya, Vino dipaksa Akbar untuk berbuat bohong kepada orang tuanya. Soalnya Akbar bilang Ibunya akan marah besar dan memukulnya jika beliau tahu Akbar pulang terlambat karena bermain. Vino disuruh pulang kalau kami tadi ada les tambahan di sekolah. Padahal sebenarnya kami, sih, hanya bermain kerumah teman. Tapi karena Vino kasihan pada Akbar, maka Vino menuruti apa yang diminta Akbar...,” tutur Vino dengan wajah tertekuk.
           
              Bunda diam termenung beberapa saat. Setelah itu beliau mengangguk-angguk.
            “ Bunda mengerti dengan niatmu untuk membantu temanmu itu, sayang. Tapi menurut Bunda, kebohongan semacam itu bukan hal yang baik. Kebohongan itu tidak akan memberikan kebaikan pada Akbar ....,” ujar Bunda

            “ Maksud Bunda?” tanya Vino tak mengerti.
            “ Begini Vino ...., apakah kamu tahu, Nak, apa yang membuat Ibu Akbar marah dan tega memukul anaknya?
Mungkin karena kebiasaan Akbar yang suka berbohong. Akbar lalu memanfaatkan Vino untuk menutupi kebiasaannya yang buruk itu. Sebenarnya orang tua lebih suka kalau anak-anaknya berkata dan bersikap jujur. Karena kejujuran adalah modal utama menjadi anak yang saleh. Bukankah Vino sudah mengerti kalau Nabi Muhammad Saw merupakan contoh manusia yang sangat menjujung kejujuran sehingga beliau dijuluki sebagai Al-Amin atau orang yang dapat dipercaya. Apakah kamu menemukan akhlak tercela dari Nabi Muhammad Saw. besar junjungan kita itu? Tidak, kan?”

            “ Jadi apa yang Vino lakukan itu tidak baik, ya, Bun?” Vino akhirnya mengerti.
            “ Ya! Tentu saja. Karena kamu berbohong hanya untuk melindungi kebiasaan buruk temanmu. Bunda yakin kalau Akbar mau berkata jujur, orang tuanya pasti tidak akan marah. Setiap orang tua menginginkan anaknya bersikap jujur untuk mengarahkan kepada kebaikan. Tidak ada orang tua yang suka anaknya berkata bohong. Dan kamu sebagai sahabatnya semestinya mengajak Akbar untuk berkata Jujur ...,” imbuh Bunda

            “ Tapi Vino takut kalau Akbar tidak mau berteman dengan Vino lagi, Bun?”
            “ Anak yang suka berbohong justru akan dijauhi oleh teman-temanya. Karena ia. Tidak bisa dipercaya. Kalau Vino mengajak kebaikan pada Akbar dengan memintanya untuk selalu berkata jujur, insya Allah Akbar tidak akan memutuskan persahabatannya denganmu. Justru ia akan rugi kalau kehilangan sahabat yang suka mengajaknya kepada kebaikan. Vino mengerti, kan?”

            Vino tercenung sebentar. Tapi kemudian dia mengangguk-angguk sambil menyunggingkan senyum tanda mengerti. Bunda pun jadi ikut senang melihatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar